Sabtu, 14 Mei 2016

Kampung Wisata Kadipaten

0 komentar
Kampung Wisata Kadipaten terletak di sebelah barat Kraton Yogyakarta, mencakup Pasar Tradisional Ngasem hingga Universitas Widya Mataram dan juga  dekat dengan Tamansari. Kampung Wisata ini memiliki beberapa bangunan Cagar Budaya, yaitu :

  1.       Ndalem Kaneman, yaitu tempat berlatih sekaligus sanggar tari klasik Yogyakarta


http://www.ndalem-kaneman.com

2.   Ndalem Mangkubumen, merupakan rumah/ tempat karantina putra mahkota   sebelum menjadi santri, sekarang menjadi Universitas Widya Mataram
3.      Ndalem Pakuningratan, merupakan tempat lahir Sultan Hamengkubuwono IX, sekarang menjadi Resto Ndalem/Angkringan Ndalem/ Angkringan JAC 

4. Ndalem Suryoputran, terletak di seanjang Jalan Ngasem

5   5. Plengkung Jagsura / Plengkung Ngasem
  
6. Plengkung jagabaya / Plengkung Tamansari
  
 Bagi anda yang ingin berkunjung, ada beberapa kegiatan yang bisa anda ikuti  yaitu : Jelajah situs, Dinner on Heritage dan pelatihan tari Klasik Yogyakarta.
             Lokasi yang strategis membuat Kampung Wisata ini memiliki amenitas yang sangat lengkap amenitisnya, ada banyak tempat makan, akomodasi hingga toko souvenir, sayangnya bis ukuran besar tidak bisa menjangkau area ini karena bis wisata tidak boleh masuk ke kawasan dalam pojok benteng, sehingga harus parkir di area parkir Ngabean. Selanjutnya anda bisa berjala kaki, menaiki becak ataupun menggunakan angkutan wisata (sejenis elf) yang ada di parkir Ngabean.
            For your information bahwa Kampung Wisata ini dikelola oleh orang-orang yang memiliki partisipasi tinggi di bidang  pendidikan Yogyakarta atau bahkan Indonesia. Dengan sedikit waktu luang mereka  “menyempatkan” untuk mengelola  sebuah Kampung Wisata, sehingga pengurus tidak bisa standby 24 jam. Untuk bisa menikmati kegiatan yang ditawarkan anda wajib melakukan booking terlebih dahulu.
 Dalam mempromosikan produknya, Kampung Wisata Kadipaten ini tidak segencar Kampung Wisata lainnya di Yogyakarta  karena masih kekurangan pelaksana teknis, sehingga belum menjual secara besar-besaran, mengingat daya tariknya juga situs bersejarah yang harus dikonservasi.  Menurut saya, Kampung Wisata ini lebih potensial untuk dijual kepada turis mancanegara yang biasanya lebih tertarik kepada situs-situs bersejarah disbanding wisatawan lokal, sehingga promosi yang sebaiknya digencarkan adalah dengan mencari relasi di luar negeri, bisa melalui biro/agen wisata. Bagaimanapun nanti perkembangan kampung wisata Kadipaten maupun kampung-kampung wisata  lain di Yogyakarta tentunya diharapkan mampu mengelola sumber daya yang ada secara optimal tanpa merusak ataupun merugikan pihak lain.

Senin, 14 Maret 2016

Kampung Dolanan Pandes

3 komentar



Kampung ini teretak di Dusun Pandes, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Yogyakarta. Dusun Pandes Sompokan merupakan dusun yang secara historis dikenal sebagai daerah penghasil dolanan anak berbahan dasar bambu dan kertas. Tradisi ini sudah dikenal sejak jaman pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII


Banyaknya jumlah pengrajin “dolanan” anak-anak merupakan inspirasi utama untuk menjadikan Dusun Pandes sebagai kampung wisata, kemudian masyarakat mendirikan sebuah komunitas untuk melestarikan nilai-nilai tradisional bernama Pojok Budaya. Komunitas Pojok Budaya memegang 3 prinsip :
1.   Pelestarian Tradisi 
2.   Revitalisasi Nilai
3.   Pendidikan
Disertai juga Pendirian sekolah Among Siwi yang menjadikan nilai-nilai tradisional sebagai kurikulumnya.
 

Sumber :
http://kampoeng-dolanan.blogspot.co.id


Kamis, 10 Maret 2016

Pawai Ogoh-ogoh Malioboro

3 komentar
Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu akan melaksanakan beberapa ritual, diantaranya pada 2-4 hari sebelum Nyepi, masyarakat menyucikan diri dan perangkat peribadahan di pura melalui Upacara Melasti. Untuk Yogyakarta, Upacara Melasti diselenggarakan di Pantai Parangtritis dan Parangkusumo dengan melarung aneka hasil bumi dan sesaji ke laut. Sementara, satu hari sebelum Nyepi, dilakukan ritual Buta Yadnya (Bhuta Yajna). Buta Yadnya merupakan upacara untuk menghalau hadirnya buta kala yang merupakan manifestasi unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia. Dalam upacara Buta Yadnya, terdapat tradisi pawai ogoh-ogoh yang menjadi daya tarik pariwisata.




Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Raksasa.



Selain wujud Raksasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah, Widyadari, bahkan Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. 



Nah kini pawai ogoh-ogoh juga hadir di Yogyakarta. Tahun ini merupakan pelaksanaan kedua kegiatan ini. Pawai dilaksanakan pada Selasa, 8 Maret 2016 sekitar pukul 15.00 WIB di sepanjang jalan Malioboro, menampilkan 23 ogoh-ogoh dengan berbagai macam bentuk dan variasi.
Jangan heran kalau akan ada banyak rute yang ditutup untuk menghindari kemacetan. Jika anda ingin melihat keseruan pawai tahun depan, datanglah lebih awal agar mendapat tempat parkir yang strategis (bisa di Progo, TBY, bisa juga parkir di Parkiran Selatan Stasiun Tugu). Kegiatan ini merupakan sebuah ritual sekaligus menjadi sebuah tontonan untuk dikomersilkan, meskipun tidak ada retribusi tetapi secara tidak langsung akan menimbulkan dampak ekonomi yang menjanjikan.
Saya mendapat info event ini dari media cetak, itupun sangat minim, seandainya dilakukan promosi lebih lanjut (social media) tentu lebih banyak menarik perhatian wisatawan, ini memang baru terlaksana 2 kali tetapi nampaknya sangat mungkin untuk dilestarikan.Semoga tahun depan masih bisa dinikmati lagi :)

Sumber :
Wikipedia
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/pawai-ogoh-ogoh-kemeriahan-festival-rakyat-menjelang-nyepi




 

Mustika Widagdo Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template