Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu akan melaksanakan beberapa ritual, diantaranya pada 2-4 hari sebelum Nyepi, masyarakat menyucikan diri dan
perangkat peribadahan di pura melalui Upacara Melasti. Untuk Yogyakarta, Upacara Melasti diselenggarakan di Pantai Parangtritis dan Parangkusumo dengan melarung aneka hasil bumi dan sesaji ke laut. Sementara, satu
hari sebelum Nyepi, dilakukan ritual Buta Yadnya (Bhuta Yajna). Buta
Yadnya merupakan upacara untuk menghalau hadirnya buta kala
yang merupakan manifestasi unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia.
Dalam upacara Buta Yadnya, terdapat tradisi pawai ogoh-ogoh yang menjadi daya tarik
pariwisata.
Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Raksasa.
Selain wujud Raksasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah, Widyadari,
bahkan Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang
terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan
penjahat.
Nah kini pawai ogoh-ogoh juga hadir di Yogyakarta. Tahun ini merupakan pelaksanaan kedua kegiatan ini. Pawai dilaksanakan pada Selasa, 8 Maret 2016
sekitar pukul 15.00 WIB di sepanjang jalan Malioboro, menampilkan 23 ogoh-ogoh dengan berbagai macam bentuk dan variasi.
Jangan heran kalau akan ada banyak rute yang ditutup untuk menghindari kemacetan. Jika anda ingin melihat keseruan pawai tahun depan, datanglah lebih awal agar mendapat tempat parkir yang strategis (bisa di Progo, TBY, bisa juga parkir di Parkiran Selatan Stasiun Tugu). Kegiatan ini merupakan sebuah ritual sekaligus menjadi sebuah tontonan untuk dikomersilkan, meskipun tidak ada retribusi tetapi secara tidak langsung akan menimbulkan dampak ekonomi yang menjanjikan.
Saya mendapat info event ini dari media cetak, itupun sangat minim, seandainya dilakukan promosi lebih lanjut (social media) tentu lebih banyak menarik perhatian wisatawan, ini memang baru terlaksana 2 kali tetapi nampaknya sangat mungkin untuk dilestarikan.Semoga tahun depan masih bisa dinikmati lagi :)
Sumber :
Wikipedia
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/pawai-ogoh-ogoh-kemeriahan-festival-rakyat-menjelang-nyepi